Biografi Dewi Sartika adalah Pahlawan pendidikan kaum wanita Indonesia,
pahlawan nasional, sekaligus tokoh panutan di kalangan masyarakat Sunda.
Ia bersama Kartini adalah tokoh perempuan terkemuka Indonesia.
Totalitasnya dalam memperjuangkan pendidikan terutama bagi kaum
perempuan di akui dan diberikan apresiasi pemerintah dengan memberinya
gelar pahlawan nasional sejak tahun 1966. Dewi Sartika adalah putri
pasangan Raden Somanegara dan Raden Ayu Permas. Ayahnya seorang patih di
Bandung. Kedua Orang tuanya adalah pejuang kemerdekaan yang pernah
diasingkan di Ternate (maluku). Setelah kedua orang tuanya di asingkan,
Dewi Sartika kemudian di asuh pamannya (Patih Aria) yang tinggal di
Cicalengka.
Biodata Dewi Sartika
Nama Raden Dewi Sartika
Tanggal Lahir Bandung, 4 Desember 1884
Wafat
Tasikmalaya, 11 September 1947
Penghargaan Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI no 152/1966
Semasa hidupnya, Dewi Sartika amat gigih memperjuangkan nasib dan harkat
kaum perempuan. Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi
kaum perempuan. Di rumahnya, Dewi Sartika mengajar anggota keluarga
dan kaum perempuan disekitarnya mengenai berbagai keterampilan seperti
membaca, menulis, memasak, dan menjahit. Pada tanggal 16 Juli 1904
beliau mendirikan Sakola Istri atau sekolah perempuan di Kota Bandung.
Sekolah ini menjadi lembaga pendidikan bagi perempuan yang pertama kali
di dirikan di Hindia Belanda.
Tahun 1913 Sakola Istri kemudian diganti namanya menjadi Sakola
Kautamaan Istri. Tahun 1913 mendirikan organisasi Kautamaan Istri di
tasikmalaya yang menaungi sekolah-sekolah yang didirikan Dewi
Sartika.Tahun 1929 Sakola Kautamaan Istri Berganti nama lagi menjadi
Sekolah Raden Dewi dan oleh pemerintah Hindia Belanda dibangunkan gedung
baru yang besar dan lengkap.
Sejak kecil Dewi Sartika memang telah memiliki jiwa pendidik. Beliau
sering mengajarkan baca tulis dan berlatih berbahasa Belanda kepada
anak-anak para pembantu di Kepatihan. Pola pembelajaran yang dilakukan
dengan cara sambil bermain sehingga ia amat disenangi anak-anak
didiknya. Langkah yang dilakukan Dewi Sartika sejak kecil ini berdampak
luas sehingga nama Dewi Sartika di kenal luas oleh masyarakat sebagai
seorang pendidik, terutama di kalangan perempuan.Dewi Sartika menikah
tahun 1906, dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata yang juga berprofesi
sebagai pendidik sehingga keduanya memiliki kesamaan visi dalam
meajukan pendidikan di lingkungan masyarakatnya.
Setelah terjadi Agresi militer Belanda tahun 1947, Dewi Sartika ikut
mengungsi bersama-sama para pejuang yang terus melakukan perlawanan
untuk mempertahankan kemerdekaan. Saat mengungsi inilah, Dewi Sartika
sudah lanjut usia dan Wafat tanggal 11 September 1947 di Cinean Jawa
Barat. Makam Beliau kemudian di pindahkan ke Bandung.