Pengetahuan Pendiri Yayasan Pendidikan Adzkia
(Irwan Prayitno) ini tentang agama sudah melebihi syarat sebagai seorang dai. Banyak
ayat-ayat yang mampu ia hafal di luar kepala sebagai referensi untuk menjelaskan masalah-
masalah agama dan kehidupan sehari-hari saat berdakwah.
Analisa dan ceramahnya tentang
masalah agama dan kehidupan sehari-hari sederhana, masuk di akal dan
menyejukkan. Setiap Jumat pagi, dua kali sebulan beliau menjadi ustad di
Mesjid Raya Sumatera Barat.
Jamaahnya adalah pegawai dan keluarga Pemprov Sumatera
Barat. Kegiatan ini rata-rata diikuti oleh 600 sampai 700 jamaah, untuk
tahap awal tema yang dibahas adalah tentang fondasi-fondasi Islam mulai
dari syahadat sampai tentang Rabb (Tuhan).
Pengajian berikutnya membahas tema-tema yang lebih aplikatif.
Karena itu selain sebagai gubernur, beliau juga
sering didaulat menjadi dai yang mampu memberikan siraman rohani yang menyejukkan,
baik di mesjid atau mushalla, di majlis taklim, melalui
atau radio.
Dalam berbagai kesempatan
kunjungan ke daerah beliau sering didaulat menjadi khatib Jumat atau sebagai pembicara
pada tablik akbar. Juga sudah tak terhitung jumlahnya beliau didaulat untuk memberikan
nasihat perkawinan.
“Jika hal itu membuat orang senang dan bahagia, kenapa tidak kita
lakukan?,” jawab Irwan Prayitno ringan ketika ditanya kenapa di
sela-sela waktunya yang sempit ia masih melowongkan waktu untuk
memberikan nasihat perkawinan.
“Semoga hal tersebut menjadi amal bagi kita dan memberikan pencerahan
bagi yang punya hajat,” ujar Irwan melanjutkan. Seperti biasa, nasihat
yang diberikan profesor SDM ini memang selalu
memberikan pencerahan dan menyejukkan.
Pengetahuan dan pemahaman beliau tentang agama sering membuat kita tak percaya bahwa
Irwan Prayitno tak pernah seharipun mengenyam pendidikan formal di sekolah agama.
Pendidikan S1 diselesaikan di Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, pendidikan S2 di Universiti Putra Malaysia Bidang Human
Resource Development dan pendidikan S3 di universitas yang sama di
bidang Bidang Training Management dengan predikat cumlaude.
Pengetahuan agama dipelajari secara itodidak sejak remaja secara terus
menerus. Ada 20 lebih buku tentang agama yang telah ia tulis. Selain itu
beliau juga menulis buku tentang
psikologi, sumber daya manusia, sosial, politik dan ekonomi.
Lebih dari 40 buku yang telah beliau tulis. Suatu ketika saya, begitu juga sejumlah teman
lainnya merasa malu pada diri sendiri dalam sebuah pengajian. Dalam pengajian tersebut kami
diharuskan membaca Al Quran secara bergantian.
Hampir semua di antara kami membaca Al Quran secara lambat dan terbata-bata dan banyak
kesalahan. Namun ketika giliran beliau, beliau mampu membaca dengan benar, cepat dan lancar.
Selama ini saya beralasan tidak lancar dan tidak terbiasa membaca Al
Quran akibat kesibukan pekerjaan. Namun ternyata beliau mampu
membaca dengan lancar.
Siapa bilang kesibukan bisa dijadikan alasan tidak fasih membaca Al Quran?. Kami jadi malu pada diri sendiri.
Kebiasaan membaca Al Quran menurut ayahanda beliau Drs. Djamrul Djamal,
SH yang juga dosen IAIN Imam Bonjol Padang telah dimulai sejak kecil.
Dulu menurutnya, Irwan tak bisa tidur kalau belum membaca atau dibacakan Al Quran.
Kebiasaan itu tak berubah hingga kini.